Denny Siregar: Bahasa Halusnya, Rizieq Shihab Diusir Arab Saudi



Dubes RI di Saudi bilang Rizieq Shihab dideportasi, dikeluarkan secara paksa, dipulangkan ke negara asal. Diusirlah bahasa halusnya. Denny Siregar.


Sampai sekarang, salah satu misteri terbesar di Indonesia yang masih belum ada jawabannya adalah, "Kapan Rizieq Shihab pulang?" Pertanyaan ini sudah ada sejak 3 tahun lalu, tepatnya sejak tahun 2017 waktu Rizieq memutuskan untuk kabur ke Saudi dan enggak pulang-pulang sampai situasi memungkinkan buat dia.


Entah apa maksud dari kriteria memungkinkan, karena Indonesia baik-baik saja, ada atau enggak ada dia, kita ya berjalan seperti biasa. Rizieq memang tokoh yang kontroversial. Adanya dia selalu jadi pembicaraan, meski kadang pembicaran itu hanya buat hiburan.




Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos, bahkan kadang kasar, membuat nama Rizieq sering masuk media. Media juga senang menulis tentang Rizieq, karena itu akan meningkatkan traffic pembaca mereka. Dan sejak ada dugaan chat seksnya dengan seorang wanita bernama Firza yang beredar di mana-mana, Rizieq kemudian memutuskan untuk menghilang.


Dia melarikan diri ke Saudi dan hidup tenang di sana. Meski ya, banyak banget bumbu alasannya kenapa dia lari. Ada isu yang dibuat kalau Rizieq diincar sniper lah, sampai dia dikriminalisasi segala macam. Aneh-anehlah pokoknya. Dan lebih aneh lagi, jemaahnya percaya dongeng-dongeng konspirasi seperti itu.


Yang mereka tidak percaya hanya satu, "Enggak mungkin imam besar yang suci itu melakukan perbuatan tabu." Mereka tetap percaya bahwa Rizieq bersih 100 persen, tanpa noda yang membandel. Rizieq sendiri sudah berkali-kali bilang akan pulang. Saya mencatat ada 6 kali isu Rizieq akan pulang ke Indonesia.


Yang pertama, bulan Juni 2017 beredar kabar Rizieq akan pulang, tapi enggak jadi. Bulan Agustus pada tahun yang sama, dia bilang akan pulang untuk menghadiri ulang tahun FPI, tapi enggak jadi lagi. Desember juga begitu, berita Rizieq akan pulang hadir dalam reuni 212 beredar lagi. Tapi ya, jemaahnya di-prank lagi.


Tahun 2018 bahkan lebih gila. Di grup-grup WhatsApp, beredar kabar Rizieq akan pulang dan akan disambut sejuta umat di bandara. Pengikutnya berangkat ke sana untuk menyambut imamnya dengan segala harapan dan keperluan. Mereka datang jauh-jauh dan kepanasan. Petugas bandara pun sibuk mengatur mereka, meski jumlahnya ternyata jauh dari satu juta orang. Tapi, ya lagi dan lagi, Rizieq ngeprank. Dia enggak jadi pulang dan tidak kelihatan di bandara. Akhirnya pendukungnya pun pulang dengan sia-sia, datang kepanasan, pulang juga kepanasan.




Dan menurut Dubes RI di Saudi, Rizieq dideportasi. Deportasi artinya dikeluarkan secara paksa dari sebuah negara dan dipulangkan ke negara asalnya. Diusirlah bahasa halusnya.




Yang menarik adalah pada tahun 2019, waktu pilpres beredar video Rizieq teleponan sama Prabowo yang sudah yakin dia menang dan jadi presiden. Rizieq kelihatan berseri-seri waktu itu dengan harapan besar bahwa dia bisa pulang. Bahkan Prabowo sempat berjanji akan menjemput Rizieq sendiri dengan pesawat khusus.


Tapi, sayang disayang, Prabowo akhirnya kalah lagi dan Rizieq tetap di sana, menyendiri tanpa ada kepastian kapan dia bisa pulang ke Indonesia. Yang menjemput enggak ada, sedangkan pulang pasti butuh banyak biaya. Dan pertanyaannya, kenapa sosok Rizieq dibutuhkan untuk pulang ke Indonesia?


Dari bebeapa info valid yang saya dengar, sebenarnya kelompok Islam garis keras di Indonesia ini sudah melemah. Mereka terpecah-pecah dan ikatan di antara mereka sudah longgar. Itu terlihat setiap kali mereka reuni 411 dan 212 massanya semakin lama semakin kecil.


Dari klaim mereka yang pertama 8 juta orang pada 2016, sekarang sudah tinggal beberapa gelintir saja yang hadir. Nasi bungkus porsinya juga makin kecil. Orang sudah bosan dan sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Sulit sekali mengorganisasi massa besar seperti masa sebelum Pilgub 2017 di mana isu agama untuk menjatuhkan Basuki Tjahaja Purnama diperlukan.


Dan dalam tubuh FPI juga terjadi dualisme, perebutan kepemimpinan. Hilangnya sosok Rizieq yang disebut sebagai "pemersatu bangsa" membuat ikatan emosional di antara mereka jadi sangat longgar. Dan ini bahaya buat mereka sendiri dan politisi yang menggunakan jasa mereka untuk menggalang kekuatan.


Harus dilakukan berbagai cara untuk mempertahankan ikatan ini supaya tetap kuat seperti dulu. Maka sosok Rizieq kembali dimunculkan dalam bentuk baliho-baliho besar di pinggir jalan, supaya orang tetap ingat. Pemberian gelar imam besar umat Islam juga dibangun, supaya jemaahnya tetap terpusat. Ini lebih ke masalah pencitraan atau branding yang dibangun secara terus-menerus supaya kepercayaan jemaah tetap terjaga.


Tapi waktu membuktikan ikatan mereka semakin longgar karena mereka butuh sosok yang hadir dan tampak di depan mata, bukan sekadar baliho besar yang enggak berpengaruh apa-apa. Mobilisasi kepulangan Rizieq terus dijalankan, dan dibantu para tokoh politik di balik layar. Para tokoh politik ini juga sebenarnya enggak penting-penting amat Rizieq pulang atau enggak, selama kepentingan mereka terjaga.


Kebetulan bulan November tanggal 10 adalah hari pahlawan. Tim sukses Rizieq ingin Rizieq pulang dan disambut sebagai pahlawan besar yang berjuang dan selama ini diasingkan.




Dan kebetulan pada tahun 2022 ada isu pilkada yang dipaksakan untuk jalan. Sebelumnya Pilkada 2022 akan diundur semua ke tahun 2024. Pilkada serentak. Tapi itu berarti ada waktu 2 tahun yang kosong dan diisi pelaksana tugas dari Kementerian Dalam Negeri. Poin ini yang bagi sebagian politisi tidak menguntungkan, karena kalau 2 tahun tidak jadi pemberitaan maka nama-nama yang sekarang dianggap besar, bisa menghilang.


Kalau kita belajar pada tahun 2017 pada Pilgub DKI lalu, kekuatan kelompok ormas berbaju agama ini sangat menentukan untuk kemenangan Anies Baswedan. Apalagi ditambah Ahok yang lidahnya kepleset berbicara agama, dan dijadikan senjata untuk demo berjilid-jilid sesuai kepentingan. Maka Anies pun menang dan menjadi Gubernur DKI sampai sekarang.


Nah, kalau Anies harus turun dari jabatan pada tahun 2022 dan harus menunggu 2 tahun lagi untuk ikut pemilihan, bisa dipastikan namanya akan hilang dari peredaran. Butuh motor untuk menggerakkan massa, supaya bisa memaksa pemerintah pusat supaya Pilkada 2022 harus dilaksanakan.


Dan seperti pola mereka yang selalu sama, tekan pemerintah pakai massa besar. Dan untuk menyatukan massa besar ini, diperlukan sosok kuat yang bisa menggerakkan. Siapa lagi kalau bukan Rizieq Shihab kandidat utamanya? Sebenarnya Rizieq sudah tenang sih di Saudi sana. Itu seperti pulang ke tanah kelahirannya sendiri. Tapi dia juga pasti bosan karena di sana enggak ada konflik kayak di Indonesia di mana eksistensi dia diakui dan dia punya penggemar di sini


Maka dia selalu berusaha untuk pulang supaya punya peran lagi dan namanya terus diingat jemaahnya. Kebetulan masa tinggalnya juga sudah habis. Dan menurut Dubes RI di Saudi, Rizieq dideportasi. Deportasi artinya dikeluarkan secara paksa dari sebuah negara dan dipulangkan ke negara asalnya. Diusirlah bahasa halusnya.


Kalau Rizieq dideportasi dari Saudi, Indonesia mau enggak mau wajib terima. Karena UU internasional mengatakan tidak boleh ada seorang pun yang stateless, atau tidak punya kewarganegaraan. Kalau tidak terima Rizieq, Indonesia jelas salah di mata internasional dan itu bisa jadi skandal besar yang akan mengganggu negara dan membesarkan nama Rizieq sebagai pahlawan dan orang yang ditolak di negerinya sendiri.


Serba susah memang. Ibarat makan buah simalakama, dimakan Tengku Zul pelihara ayam, enggak dimakan Tengku Zul main organ tunggal. Rizieq sendiri dan tim suksesnya mencari tanggal yang pas untuk pulang. Kebetulan bulan November tanggal 10 adalah hari pahlawan. Tim sukses Rizieq ingin Rizieq pulang dan disambut sebagai pahlawan besar yang berjuang dan selama ini diasingkan.


Sebuah kehaluan yang hakiki sebenarnya, tapi masalahnya yang percaya juga begitu banyak. Oke kita tunggu saja, apakah Rizieq kali ini benar-benar pulang, atau ngeprank lagi seperti yang sudah-sudah. Kasihan pendukungnya, bolak-balik di-PHP seperti jomlo yang kesepian dan berasa dapat harapan besar, tapi zon lagi-zonk lagi.


Kita tunggu saja sambil seruput kopi.


Sumber:tagar.id




Iklan Atas Artikel/awalan

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel